gravatar

Refleksi Sang Pelopor Buruh ''MARSINAH''

KUDUS-ISK-Tepat dua puluh satu tahun sudah Marsinah pergi meninggalkan dunia ini. Pergi dengan luka, penganiayaan, kekerasan dan ketidakadilan yang menderanya. Marsinah adalah simbol perlawanan melawan keangkuhan negara atas nama motif untung ala kapitalisme. Simbol perlawanan yang tak kunjung selesai berakhir pada tindak kekerasan meskipun nyawa taruhannya. Begitulah cerita tragis sang pelopor buruh yang ingin adanya kesetaraan HAM diantara mereka. 

Dalam mengingat dan mengabadikan masa perjuangannya dari Aliansi Serikat Buruh dan LSM kabupaten Kudus mengadakan perenungan para buruh di depan Gedung DPRD Kabupaten Kudus, untuk merefleksikan perjuangan Marsinah kedalam bentuk era demokrasi. Meskipun acara perenungan tadi malam Kamis 1 Mei pada pukul 20:00 WIB  tidak dihadiri begitu banyak karena bentuk acaranya sederhana tetapi bukan menjadi suatu masalah atau penghambat untuk tetap menyemarakkan hari buruh sebagai masa kemerdekaannya. Seperti apa yang telah dikatakan oleh Ahmad Fikri (45) sebagai keordinator Aliansi Serikat Buruh,''Buruh sekarang, hanya bisa menjerit tapi tidak bisa bersuara,''Terangnya.

Baginya buruh yang sudah terjamin HAM nya didalam peraturan perundang undangan belum mampu terimplementasikan dengan baik. Masih perlu adanya pengembangan swadaya yang dapat meningkatkan penghasilan atas kesejahteraan mereka. ''Dalam hal ini perlu adanya campur tangan dari pemerintah untuk menindaklanjuti upah kerja yang secara peraturan perundang undangan dan bersedia memfasilitasi demi pengembangan swadaya masyarakat,''tuturnya Ahmad Fikri

@Sang Pejuang         @Gula