gravatar

Slamet Suryawan Sahak, Dari Kontroversi Menjadi Sesuatu


Kudus - Ada sebuah hadist "Khoirunnaasi Anfa'uhum Linnaasi" yang artinya sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, hadist ini nampaknya dijadikan prinsip hidup oleh dua pejuang yang berasal dari Lombok, Yakni Bapak Lalu Slamet Suryawan Sahak bersama istri, Ibu Nursyda Syam


Slamet Suryawan Sahak, Dari Kontroversi Menjadi Sesuatu

Di Desa Ijo Balit Lombok Timur, sebuah oasis ditebarkan mereka di kawasan yang populer dengan julukan “Lendang Panas” alias hamparan atau padang panas. Kawasan Ijo Balit pada medio 1980-an adalah daerah tandus gersang susah air dan rusak karena eksploitasi penambangan batu apung dan pasir yang tak terkendali. Hal ini kemudian mengusik Slamet Sahak untuk melakukan perubahan. Sepulang menimba ilmu arsitektur di Yogyakarta pada 1982, Slamet mendedikasikan dirinya untuk menghijaukan kawasan terpencil di desa tetangga tanah kelahirannya. Berbekal pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimilikinya, Slamet berusaha meyakinkan warga sekitar bahwa air bisa melimpah di kawasan itu. Ide awal Slamet untuk menghijaukan Ijo Balit adalah dengan membelah bukit setinggi 14 hingga 18 meter sejauh 2 kilometer untuk menaikkan dan mengalirkan air dari sungai yang jaraknya 4 kilometer dari kawasan Ijo Balit.
Semua orang pun lantas memberi julukan tambahan padanya, yaitu Slamet Sahak Gendeng atau Gila. 

Sebuah pemikiran logis dari warga sekitar, karena ketika pemerintah daerah saja tidak pernah berhasil atau mau melakukan pembangunan irigasi untuk mendatangkan air ke kawasan itu selama bertahun-tahun, bagaimana mungkin seorang Slamet bakal bisa? Namun ternyata Slamet bisa membalikkan logika tak masuk akal banyak orang itu. Slamet membuktikan bahwa teori disertai praktik dilandasi semangat baja tak lekang putus asa, total bukit yang bisa dibelahnya dengan linggis dan cangkul mencapai 9 km, selain air yang kini melimpahi Ijo Balit sehingga menjadi kawasan yang ijo royo-royo, sebuah taman wisata air bernama Lembah Hijau dengan kolam renang dan danau buatan beserta pembangkit listrik tenaga mikrohidro di dalamnya, juga menjadi ikon di kawasan itu. Dan pengabdian Slamet ternyata tak pernah berhenti hanya di lingkungan dan sosial ekonomi,semangat berbagi di bidang pendidikan serta kesehatan adalah cita-cita yang tengah diwujudkannya saat ini.
Sumber: K!ck Andy (Jumat, 7 Febuari 2014)



Dari kisah inspiratif Pak H. Slamet diatas, dapat kita ambil banyak pelajaran. Mimpi beliau terwujud dengan alat yang sederhana, namun dengan semangat baja yang luar biasa. Coba kita lihat potret pemerintahan sekarang yang ketika membangun pasti memerlukan biaya Milyaran Rupiah, itupun selesainya lama dan bahkan kadang proyek tidak selesai. Semoga dengan ini Pemerintah dapat tergugah dan menjadi inspirasi untuk mereka.

(Oemam /rohzana)